Senin, 12 Januari 2015

JODOH : TAKDIR ATAU IKHTIAR ?

JODOH : TAKDIR ATAU IKHTIAR ?
Ada satu permasalahan yang tidak ada habisnya diperbincangkan dikalangan masyarakat awam. Permasalahan itu ialah masalah jodoh. Banyak yang beranggapan jodoh adalah hak mutlak Allah sedangkan yang lain mengatakan jodoh merupakan hak yang dimiliki manusia dan manusia lah yang menentukannya sendiri. Pada aliran yang lain ada juga yang mengatakan jodoh itu merupakan qadha’ allah yang juga diabarengi ikhtiar manusia itu sendiri. Ikhtiar disini maksudnya ialah usaha yang dilakukan manusia atau biasa juga disebut dengan kasb yang bermakna usaha juga. Terlepas dari itu lalu pendapat manakah yang lebih benar, lebih bisa diterima secara logika atau rasional. Dalam islam sering disebutkan bahwa ada tiga hal yang menjadi ketetapan Allah atas manusia, ketetapan itu adalah ajal, jodoh, dan rezeki. Pada dasarnya kalimat ini diambil dari sebuah hadits Rasulullah. Namun, dalam memahaminya ada berbagai macam perbedaan.

Selasa, 30 Desember 2014

Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq

Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq
A.  Aqidah
Aqidah berasal dari bahasa arab. Kata aqidah ini terambil dari kata al aqdu yang bemakna ikatan. Maka dari itu yang dimaksud dengan akidah yaitu suatu ikatan dalam bentuk keyakinan. Karena pembahasan akan aqidah ini nantinya akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan seseorang dan keyakinan itu mesti diikat dengan ikatan yang kuat pula. Makna ikatan ini hanya sebatas pengertian secara bahasa bukan pengertian secara istilah. Secara istilah atau secara terminologi aqidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati sehingga dengan pembenaran itu jiwa jadi ikut tenteram hingga menjadi suatu keyakinan yang kokoh serta tidak terdapat sedikitpun keraguan padanya. Nah dari itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dinamakan aqidah diakarenakan adanya keyakinan yang kokoh yang mana hati itu telah diikat kuat dengan keyakinan.

Pengertian Islam

Pengertian Islam
Islam adalah agama pembawa kedamaian serta agama yang menyelamatkan manusia dari bentuk-bentuk tingkah laku yang tidak baik. Dalam hal ini sejatinya islam adalah agama penyempurna dari ajaran-ajaran sebelumnya. Karena ajaran-ajaran sebelumnya telah bercampur aduk dengan bentuk-bentuk ajaran yang menyeleweng.

Hubungan Bineka Tunggal Ika dengan Tauhid

Hubungan Bineka Tunggal Ika dengan Tauhid
Bineka tunggal ika pada dasarnya mengajarkan akan persatuan begitu juga dengan tauhid. Maka sejatinya Bineka Tunggal Ika itu sama dengan Tauhid. Namun dibalik kesamaannya juga terdapat perbedannya. Persamaannya ialah sama-sama menjunjung tinggi persatuan. Namun, meskipun demikian tauhid ini mempersatukan manusia dalam bentuk agama atau dengan kata lain mempersatukan antara sesama orang yang meng-esakan Tuhannya. Dalam hal ini meng-esakan Allah. Dalam hal ini tidak membedakan antara suku, bangsa, dan sebagainya. Yang dijunjung tinggi adalah ketauhidan atau peng-esaan. Maka jika ada orang yang mengganggu umat islam yang telah menjunjung tinggi ketauhidan ini, maka semua sepakat untuk bersatu memberantas orang yang mengganggu itu sendiri dengan berasaskan ketauhidan (peng-esaan).

Senin, 29 Desember 2014

Untaian Hikmah


Berbakti  Terhadap Kedua Orang Tua
Oleh: Jumaidi



Tidak bisa dipungkiri bahwa ayah dan ibu merupakan sesosok insan  yang paling berjasa dalam hidup kita.  Coba kita ingat tatkala kita masih kecil, tatkala kita tidur dan nyamuk pun menghampiri kita, peran orang tua pada saat itu sangat besar, beliau bangun tengah malam hanya untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk itu. Tatkala kita sedang sakit, pada saat itu pula orang tua sibuk mencari dokter, padahal pada saat itu beliau tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayar pengobatan kita. Lantas, apakah beliau akan meninggalkan kita begitu saja, membiarkan kita dalam keadaan sakit ? Tidak ikhwafillah, beliau berani meminjam uang pada orang lain demi kesehatan kita. Disaat kita menangis ditengah gelapnya malam, orang tua kita bangun karena kita, beliau rela mengorbankan istirahat malamnya demi kita. padahal beliau merasakan rasa kantuk yang sangat pada saat itu, siang beliau korbankan waktunya mencari nafkah demi kesehatan kita. malam pun beliau korbankan waktunya hanya untuk kita. lalu apakah yang kita perbuat pada mereka saat ini ?

Senin, 17 November 2014

kumpulan kajian ceramah

KUMPULAN
KAJIAN ILMU

KEWAJIBAN MANUSIA MEMELIHARA DAN MEMAKMURKAN ALAM_2


Hadirin Rahimakumullah,
Multatuli mengibaratkan bumi Indonesia laksana jamrud yang berada di dataran khatulistiwa. Qurasish Shihab juga mengibaratkan tanah Indonesia laksana sekeping tanah sorga yang di hamaparkan di persada nusantara. Dua ungkapan tersebut menggambarkan bertapa indah dan hebatnya sumber daya alam yang kita miliki. Kita Negara kaya, sumberdaya kita potensisal, tanah kita pun subur, Namun kenyataannya masih banya rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan, bayi-bayi kekurangan gizi, pelajar putus sekolah, bahkan rakyat mati menderita kelaparan. Mengapa hal ini terjadi? Ini disebabkan Sumber daya alam yang kita miliki belum dimanfaatkan oleh bangsa kita sendiri, melainkan dieksploitasi dikikis habis oleh bangsa-bangsa lain sebagai aksi penjajahan gaya baru.
Bahkan akhir-akhir ini akibat kecongkakan tangan-tangan manusia itu sendiri yang dibungkus sains dan teknologi telah mengikis habis keramahan alam sehingga yang nampak adalah krisis lingkungan, polusi, malapetaka atomik, menipisnya lapisan ozon di atmospir, hingga ancaman terjadinya hujan api dibeberapa belahan dunia. Fenomena tersebut menandakan ketidak harmonisan hubungan manusia dengan alam raya, akibatnya dirasakan oleh manusia sendiri. Sebab “if the habitat was cared will give  function but if not it would make destroy”. Jika alam lingkungan dipelihara akan berdaya guna tapi jika dibiarkan akan menimbulkan bencana. Demikianlah ungkapan Edwar Buckle dalam History Of Civilization in England.
Melihat betapa pentingnya memelihara lingkungan tersebut, maka pada kesempatan ini kita akan membicarakan tentang, “Kewajiban Manusia Memelihara dan Memakmurkan Alam”, dengan rujukan firman Allah, surat al-Hijr ayat 19-20 :
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ{19}وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ {20}
Artinya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.(19) Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.(20)”
Hadirin Rahimakumullah,
Prof. Dr. Muhammad Qurish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan, bahwa kalimat وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ “dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”, dipahami oleh sementara ulama dalam arti bahwa Allah swt menumbuh-kembangkan di bumi ini aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup dan menetapkan bagi setiap tanaman itu masa pertumbuhan dan penuaian tertentu, sesuai dengan kuantitas dan kebutuhan makhluk hidup. Demikian juga Allah swt menentukan bentuknya sesuai dengan penciptaan dan habitat alamnya.
Dalam tafsir al-Muntakhab, ayat ini dinilai sebagai menegaskan suatu temuan ilmiah yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium, yaitu setiap kelompok tanaman masing-masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luarnya, demikian juga sisi dalamnya. Bagian-bagian tanaman dan sel-sel yang digunakannya untuk pertumbuhan memiliki kesamaan-kesamaan yang praktis tak berbeda. Meskipun antara satu jenis dengan yang lainnya dapat dibedakan, tetapi semuanya dapat di klasifikasikan dalam satu kelompok yang sama.
Hadirin, alangkah bahagia dan indahnya alam ini jika setiap individu memiliki semangat dalam memelihara dan melestarikan alam raya yang kita huni ini, sehingga dapat menghasilkan manfaat bagi semua manusia yang ada. Para ilmuan menyebut abad ke-21 sebagai the age of anxietyor restlenses, abad yang penuh dengan kegelisahan, kecemasan, perang antar suku dan bangsa menjadi-jadi, resesi ekonomi melanda seluruh lapisan warga, ledakan penduduk semakin tak terkendali bahkan pencemaran lingkungan menjadi ancaman kehidupan.
Kondisi tersebut hadirin, jelas telah menimbulkan beban psikologis bagi kehidupan masyarakat, akibatnya masyarakat menjadi serba salah, hati menjadi resah dan gelisah, jiwa terasa hampa dan merana, semangat hidup tiada dan enggan berkaryabahkan yang paling parah munculnya berbagai penyakit psikomotis, penyakit kejiwaan yang dapat mematikan seluruh umat manusia secara perlahan dan mengerikan, kalaupun bertahan namun hidup tidak lagi merasakan ketenangan.
Hadirin, lalu apakah tugas manusia di muka bumi ini? tidak lain adalah untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud ayat 61 :
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ {16}
Artinya : “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).”
Ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah,
Demikianlah firman Allah yang yang menginformasikan kepada kita bahwa manusia diciptakan dari tanah dan ditugasi untuk memakmurkan tanah atau bumi. Karena itu dalam bidang ilmu pengetahuan alam kita mengenal istilah alam biotiks (alam raya) dan alam abiotis (berupa moral manusia). Kerusakan alam biotiks biasanya berwal dari kerusakan alam abiotis yakni moral manusia. Sebagai contoh : berdasarkan penelitian Wahana Lingkungan Hidup di DKI Jakarta tercatat memiliki 2.118 Sumur Bor dengan kedalaman tidak kurang dari 40 M, sehingga jika terjadi penambahan sumur lagi pada tahun 2010 nanti, Wilayah DKI Jakarta bisa mencapai daratan 0,0 M, dari permukaan laut alias rata menjadi laut.
Ancaman kerusakan tersebut hadirin sebuah bukti yang harus kita renungkan, kita fikirkan, kita cermati untuk kita antisifasi agar saat ini maupun kelak tidak lagi terjadi kerusakan alam. Lalu bagaimanakah tanggung jawab dan usaha kita sebagai warga negara dalam memelihara alam lingkungan ini? Sebagai jawabannya,   Pertama : Kita harus mendukung dan membantu program pemerintah dengan jalan melakukan reboisasi tanah-tanah gundul, pembuatan terasering untuk mencegah longsor, penanggulangan limbah dan sampah bersama-sama dan menghentikan pemburuan satwa serta penebangan hutan secara liar. Kedua : Kita syukuri alam sebagai nikmat Allah swt dengan cara memeliharanya agar kita dikasihi oleh Allah swt. Rasulullah saw bersabda :
إرحموا من فى الأرض يرحمكم من فى السماء
“Sayangilah oleh kamu sekalian segala apa yang ada di muka bumi ini niscaya yang di atas (Allah) akan menyayangimu.”
Apabila sikap ini kita aplikasikan maka Allah swt menjamin kemakmuran alam raya yang kita miliki sehingga kita jauh dari petaka, terhindar dari bencana tapi dekat dengan nikmat dan barakat dari Allah swt yang Maha Qudrat.
Hadirin, perlu diketahui bahwa orang pintar tapi salah, tidak shaleh, tidak mungkin memakkmurkan alam, orang hebat namun bergelimang maksiat mustahil peduli mengelola alam raya, malah yang timbul adalah watak-watak perusak, pohon-pohon ditebangi, gunung-gunung di gunduli, dan satwa-satwa diburu. Padahal akibatnya, manusia sendiri yang menanggungnya, kita tengok beberapa kejadian baru-baru ini, terjadi banjir di jakarta, lonesor, gempa bumi di Yogyakarta dan gunung-gunung meletus di beberapa daerah Negara kita ini.
Belum cukup dengan semua itu kitapun dikejutkan dengan munculnya angin topan, gelombang pasang naik kedaratan, jebolnya tanggul di Situ Gintung Tanggerang yang menghabiskan ratusan nyawa manusia dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Ebid G Ade melantunkan :
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dengan demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam akan berdaya guna jika dipelihara, namun akan menimbulkan petaka jika dirusak. Bentuk perusakan alam adalah dengan memperbanyak maksiat dalam hidup dan penghidupan manusia. Oleh karena itu, dalam rangka mengelola alam ini kita hindari diri kita masing-masing dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik terhadap diri sendiri, terhadapa alam raya , terlebih kepada Allah swt.
Semoga Allah memberikan kekuatau kepada kita dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini terutama dalam mengelola alam, semoga Allah memberikan keberkahan kepada bangsa ini, amin ya rabbal ‘alamin.
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى ارسل رسولا مبشرين ومنذرين وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا  أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين {أما بعد}

Hadirin Yang Berbahagia ….
Masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan para remaja merupakan salah satu penentu maju dan mundurnya suatu Negara.
Sebab terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
أن فى يد الشبان أمر الأمة وفى أقدامها حيتها
“Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kami akan mengangkat tema mengenai “ Remaja Dan Pemuda Sebagai Generasi Penerus Bangsa ”, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”



Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…..
Imam Hafidz 'Imaduddin Abu Alfida Ibnu katsir dalam tafsir Alquranul 'Adhim menyebutkan bahwa menurut riwayat Ibnu Abbas ayat ini turun berkenaan dengan seorang orang tua yang mewasiatkan kepada anaknya wasiat yang akan membawa kemudaratan bagi dia. Maka Alah Swt. Memerintahkan kepadanya untuk merubah wasiatnya kepada ketakwaan kepada Allah dan kebaikan.
Hadirin, jika kita kaji lebih mendalam, ayat tersebut diawali dengan kalimat  واليخش, secara semantik :
الواو واوالعاطفة والام لام الآمر يخش فعل المضارع مجزوم بلام
Istinbatnya, واليخش adalah sighat amr, kaedah mengatakan :
الأصل في الأمر للوجوب
“pada dasanya setiap perintah menunjukkan kewajiban”
Menurut ayat diatas jelas - jelas Allah swt memperingatkan manusia supaya tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah baik fisik, mental ataupun intelektual, karna ini biasa menyebabkan kemunduran. Apabila generasi muda yang ada sekarang maupun yang akan datang mempunyai kelemahan dalam hal-hal tersebut. Maka bisa dipastikan mereka mudah terhanyut dalam gelombang bencana kemerosotan moral yang disebabkan oleh pergaulan yang semakin bebas serta penyalahgunaan media, karna modal utama mereka dalam membentengi diri dari bencana tersebut adalah tingkat intelektualitas serta pemahaman manfaat dan mudharat dari sebuah pergaulan dan media sehingga hal ini biasa memudahkan remaja dan pemuda dalam proses filtralisasi budaya sehingga mereka terbebas dari taqlid buta alias terbebas dari budaya ikut-ikutan. Oleh karena itu wajib bagi kami, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.

Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin…. dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Manistilah bung Karno menjadi Stood Geeber bahkan menjadiThe Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan.
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini, sebab سبان اليوم رجال الغد The Young today is The leader tomorrow pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah ….
Imam Ali as-Shabuni dalam kitab Sofwatut tafasir memberikan syarahan terhadap ayat tersebut dengan redaksi :
نحن نقص عليك يا محمد خبرهم العجيب على وجه الصدق بلا زيادة ولا نقصان
“yaitu kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, berkerja dan berkerja. Jika sikap ini yang diaplikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan إعملوا ماشئتم berkerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang.

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah ….
Dari uraian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa pemuda  merupakan penerus estafet perjuangan bangsanyamaka soyogyanya pemuda harus memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa, Bangsa dan Agam. Hal ini juga menjadi tanggung jawab kita bersama sapaya tidak  meninggalkan generasi penerus yang lemah baik fisik, mental ataupun intelektual.

Hadirin Yang Berbahagia,
Hidup Sendiri tanpa seorang Kekasih
Cukup sekian dan Terimakasih.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله القائل إن جائكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهالة الصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى رسالة.  أما بعد

HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Jeff Zeleski, seorang pakar komunikasi dunia dalam bukunya “Spiritualitas Cyberspace” menyatakan : Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan komunikasi telah mencapai tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi melahirkan nilai-nilai positif dan mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun disisi lain perkembangan informasi baik melalui media cetak dan elektronika jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
Hadirin kehawatiran ZaLesski tersebut kini kian terbukti. Kita perhatikan budaya barat/peradaban jahiliyah kini kian merajalela melalui media dan elektronika sebagai contoh tayangan-tayangan kekerasan dan sadis semakin merajalela, tontonan-tontonan magis-mitologis semakin membudaya bahkan hiburan-hiburan erotis seksual liberalis semakin makmur, membaur bahkan menjamur di tengah-tengah masyarakat. Eksisinya hadirin,  akibat tayangan kekerasan,muncul keributan dalam keluarga, tauran antar pelajar, perkelahian antar kampong bahkan peperangan antar etnis dan golongan akibatnya tontonan magis metelogis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan, bahkan agama diperdagangkan. Akibatnya hiburan erotis dan seksualis. Marak perkosanan dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh munculnya praktek seks bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa. Na’uzubillahi min dzalik.
Itulah hadirin dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu bagaimanakah Islam melihat fenomena tersebut? Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas tentang IPTEK, WARIASAN DAN KEBUTUHAN YANG TERGADAIKAN dengan landasan Al-Qur’an, surat Al-Hujarat ayat 6 :
$Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujarat : 6)

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH
Secara Filosofi, ayat tadi merupakan landasan metodis dalam menyikapi derasnya informasi yang disebarkan media cetak dan elektronika, yaitu Islam memiliki prinsip akomodatif jika bertentangan dengan ajaran Islam jangan gentar, katakan Tidak! Tidak, tidak meskipun dengan dalil seni dan kebebasan Pers, sepakat?
Dengan demikian ayat tadi memberikan pelajaran pada kita untuk memperhatikan nilai moral dan etik, dalam menggunakan media cetak dan elektronika. Namun, sangant disayangkan hadirin, saat ini yang terjadi adalah fakta sebaliknya, sebagai bukti tidak sedikit majalah-majalah yang memajang fotoperempuan setengah telanjang. Koran-koran mengumumkan tempat-tempat mesum dan pelacuran, stasiun-stasiun televise yang menayangkan senetron adegan ciuman yang ujung-ujungnya menjurus pada perbuatan mesum, bioskop yang menayangkan adegan ranjang dan hubungan sek, dan situs-situs porno yang marak merebak, membaur bahkan menjamur ditengah masyarakat bahkan membudaya seolah-olah telah mendarah daging pada masyarakat kita terutama para remaja bahkan hadirin akhir-akhir ini kita dikagetkan dengan munculnya majalah play boy yag menjajah pikiran manusia, sehingga yang terlihat hanyalah pikiran-pikiran jorok dan hasrat terlarang.
Bahkan akibatnya budaya barat yang disebarkan media cetak dan elektronika membuat para pemuda semakin terpuruk, sebagai contoh: tidak sedikit anak-anak muda kita yang terjerumus kedalam mabuk-mabukan, tenggak wiski, brendy, sampeng, bluange, matine, radikao, mensen, KTI, bir, tidak sedikit anak-anak muda kita mati diujung lidahnya ganja, morfin, ganja, morfin
Merintih memohon, memanggil ganja dan morfin sampai mati, tanpa iman dan banyak remaja kita akibat mengkomsumsi minuman keras dan narkoba kini tinggal menunggu lonceng kematian. Bahkan para pemuda kita terbiasa dengan budaya mesum seks, protitusi, porno aksi, dan pornografi dan seolah-olah menganggap God is Died, Tuhan telah mati. Na’uzubillahhimin dzalik…..
Lalu bagaimanakah sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah  swt dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :
`Artinya :  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran : 104)

HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Imam Ali Ash Shabuni dalam Shafawatut Tafasir menjelaskan ayat tadi :
`Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar

Dengan demikian, orang yang mampu menjaga, melestarikan dan menjunjung tinggi harakat kemanusiaan adalah yang memiliki Iman dan amal Shaleh, fungsi dari mengimbangi otoritas intelektual. Sebab hadirin, walaupun kita ber otak cerdas, berwawasan luas, tetapi kita tidak berhati emas, apalagi jika keimanan lepas, kita hanya tumbuh menjadi manusia hina, biadab, brutal, tidak bermoral, berakhlak bejat bahkan bisa lebih jahat dan lebih bejat dari binatang.
Murtadha Muthahhari mengatakan, IPTEK yang ada pada orang yang tak beriman bagaikan sebuah pisau ditangan orang gila, dia bisa menebaskan kemana dia mau. Maka orang yang beriman tapi tak beriman bisa membunuh, menipu, merampok dan meracuni otak-otak kita.
Sebaliknya, bila IPTEK digenggam oleh orang beriman, kami yakin akan membawa kemaslahatan bukan kemudharatan, membawa kesejahtraan bukan kesengsaraan. Membawa kemajuan bukan kehancuran, membawa ketentraman bukan kekacauan.
Jikalau hal tersebut ysng kita aflikasikan insya allah media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etik dan yang menyebarkan budaya-budaya barat jahiliyyah sedikit demi sedikit akan tergeser dan tergusur dan akan lahir media cetak dan elektronika yang siap merespon dan mengelola derasnya arus informasi untuk membentuk wadah akhlakul karimah dan  menjunjung tinggi kebudayaan Islam.
Dari uraian tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa saat ini penggunaan media cetak dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk menghadapi persoalan tersebut umat Islam membutuhkan sumber daya insan yang siap menjadi sumber sifat kebaikan untuk mengelola informasi menjadi maslahat dan manfaat dalam kehidupan individu, keluarga, nusa dan bangsa, serta umat manusia. Semoga Allah swt memberkati setiap usaha dan upaya kita semua. Amin ya Robbal ‘Alamin


BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA
Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah kecuali syukur kita kepada Allah, yang maha pengasih yang kasih nya tidak pernah pilih kasih. Yang maha penyayang yang kasih sayangnya
tidak pernah terbilang kepada hamba-hambanya yang beriman.
Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada baginda nabi          Muhammad SAW dengan ucapan Allahummashalliaalamuhammad waalaalisayyidina      Muhammad.
Dewan Hakim Yang Bijaksana, Hadirin Walhadirat Yang Di Muliakan Allah
Pernah Berkata Ir.. Soekarno seorang proklamator bangsa dalam pidatonya “berikan kepadaku 1000 orang tua, aku akan sanggup memindahkan kutub utara dan keselatan, akan tetapi berikan kepada 10 pemuda aku akan sanggup mengubah wajah bangsa, hadirin begitulah ungkapan seorang proklamator yang memikirkan nasib bangsanya di masa yang akan datang entah 20, 30 bahkan 40 thn yg akan datang pemuda hari ini jawabannya.
Al-Muhaddits Syaikh Muqbil bin Hadi didalam kitab Shohih Asbab an-Nuzul berkata, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa pengharaman khamar berawal dari dua kabilah dari kabilah Anshor, mereka meminumnya hingga apabila mereka telah mabuk, maka mereka akan saling menggangu,menghina satu sama lainnya. Dengan Demikianlah, pertama kali Allah menjelaskan pengharaman khamar kepada kita semua sebagai hambanya. Untuk mengantisipasi penyalahgunaan barang haram tersebut, maka “Bahaya Narkoba Bagi Remaja” adalah tema yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan rujukan al-Qur`an surat al-maidah ayat 90 sebgai berikut:
تُفْلِحُونَ لَعَلَّكُمْ فَاجْتَنِبُوهُ الشَّيْطَانِ عَمَلِ مِنْ رِجْسٌ وَالْأَزْلَامُ وَالْأَنْصَابُ وَالْمَيْسِرُ الْخَمْرُ إِنَّمَا آَمَنُوا الَّذِينَ أَيُّهَا يَا
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah [434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Hadirin Sebangsa Dan setanah air
Ayat tersebut mengisyaratkan haramnya khamar. Kita kaji lebih dalam,kalimat اِنّما dari segi balaghoh merupakan اداة القصر yang berfunggsi untuk menspesifikasikan. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi khamar betul-betul merupakan perbuatan yang paling jelek    diantara perbuatan syetan.
Padahal kita tahu, semua perbuatan syaitan itu jelek, mengkonsumi khamar lebih jelek diantara perbuatan jeleknya syaitan, mengapa demikian ? karna khamar baik dalam bentuk serbuk, pil, maupun minuman merupakan psychotropic substance, mengandung zat-zat yang dapat merusak jiwa dan mental manusia yang mengkonsumsinya. Dengan mengkonsumsi khamar orang yang gemuk bisa jadi kurus kerempeng, apalagi yang sudah ceking. Dengan mengkonsumsi khamar, akal dan mental menjadi rusak maka pemuda pecandu narkoba bukan memiliki mental pelopor, tetapi memiliki mental mental pengekor, kemana-mana maunya naik motor, padahal kerja cuma molor, disiplin hanya waktu dibagi honor. Mental ini hadirin merupakan amal-amal syaitan yang jelek bahkan رجس من عمل الشيطانlebih buruk dari perbuatan syaitan. Oleh karna itu ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk dapat menjauhi perbuatan syaitan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Lalu bagaimana kalau mengkonsumsi nya dalam jumlah yang sedikit yang tidak membuat mabuk ?? jawabannya adalah terdapat dalam hadits :
 كل مسكرخمروكل مسكرحرام
Artinya : Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.(HR. Abdullah Ibnu Umar)
Hadirin Rahimakumullah
Penyalahgunaan narkoba sebenarnya bukan masalah baru lagi, namun akibatnya, harus tetap kita waspadai. Bahkan pada masa Rosulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Abu Hurairah. Bahwa ketika Rosulullah SAW pergi ke Madinah, di dapatnya kaumnya suka minum arak dan makan hasil judi, kemudian mereka bertanya kepada Rosulullah tentang hal itu, untuk memberikan jawaban atas pertanyaan itu, maka turunlah Surat Al-Baqarah ayat 219. Allah berfirman
يُنْفِقُونَ مَاذَا وَيَسْأَلُونَكَ نَفْعِهِمَا أَكْبَرُ مِنْ وَإِثْمُهُمَا لِلنَّاسِ وَمَنَافِعُ كَبِيرٌ إِثْمٌ فِيهِمَا قُلْ  وَالْمَيْسِرِالْخَمْرِ عَنِ يَسْأَلُونَكَ
   تَتَفَكَّرُونَ لَعَلَّكُمْ الْآيَاتِ لَكُمُ اللَّهُيُبَيِّنُ كَذَلِكَ الْعَفْوَ قُلِ
Artinya: mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang khomr dan judi. Katakanlah. “pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya” dan mereka bertanya kepadamu (tentang)apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “kelebihan (dari apa yang diperlukan)”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir ”
Jama’ah Syarhil Qur’an Rohimakumullah
Ayat 219 Surat Al-Baqarah ini, menunjukkan bukti yang otentik bahwa sejak dulu hingga sekarang, minum-minuman keras, judi, dan penyalahgunaan narkoba kegemaran dan kebanggaan yang senantiasa menegakkan umat. Ketiganya nampak seperti bermanfaat, namun hakekatnya, aslinya sangat berbahaya dan terlaknat, karena tidak hanya mengandung unsur yang memabukkan, tetapi membuat pecandunya ketagihan kemudian lumpuh serta mati akal pikiran dan jiwanya. Sedangkan mabuk karena judi, membuat selalu penasaran, yang kemudian stress dan gila jiwanya. Lalu menjangkitlah penyakit “hubbuddunya wa karohhiyatul maut”. Cinta dunia dan takut dengan mati oleh karena itu Allah mengharamkannya.
Pendeknya, bentuk apapun narkoba itu, merupakan kumpulan dan gabungan racun dan bius pembunuh serta pembantai akal pikiran dan jiwa seluruh jenjang generasi, sejak generasi yang gagah berotot, sampai ke generasi kakek nenek yang sudah bongkok. Begitulah ganasnya narkoba itu sebagai penyakit masyarakat yang maha bahaya. Oleh karena itu, dalam rangka menanggulangi bahaya, maka harus memutuskan rantai peredaran penyalahgunaan narkoba. Mampu menegakkan hukum bagi para pengguna, pengedar, dan prosedur dengan se adil-adilnya tidak pandang bulu. Tak peduli dia rakyat atau pejabat, tak peduli mereka kuli atau polisi, berpangkat tinggi, pengamen atau bahkan presiden.
Hadirin rahimakumullah.
Pernah diungkapkan oleh salah satu lembaga bonafid Amerika”The National Institute of Drugs Abuse, melaporkan bahwa masyarakat Amerika merupakan draugs orientied society. Suatu masyarakat yang berorientsi pada narkotika, alcohol, psikotropika dan zat     aditif yang dinamakan Napza sehingga satu dari enam pelajar Amerika tenggelam kedalam penyalah gunaan Napza. Fenomena tersebut kini telah menjadi epidemic bagi masyarakat Indonesia terutama bagi kalangan remaja dan pemuda, Prof.Dr.H.Dadang Hawari mengatakan, 68% masyarakat Indonesia terjerumus kedalam penyalah gunaan Napza tidak sedikit anak-anak pemuda kita terjerumus kedalam mabuk mabukkan, tenggak wishky, brendy, KTI,    bird an lain sebagainya  Tidak sedikit anak-anak muda kita terjerumus kepada budaya telan bk, nivam, megadon, cimeng, heroin, kokain, x tasi, sabu-sabu.
Bahkan tidak sedikit anak-anak muda kita yang mati diujung lidahnya hanya dua kata yang terucap : ganja, morfin, ganja, morfin. Merintih, memohan, memanggil ganja dan morfin sampai dia mati,tanpa iman. Naudzubillah hi min dzalik.
Lalu hadirin bagaimana generasi muda kalau sudah terjerumus dengan narkoba mau dibawa kemana bangsa kita saat ini? Padahal di negri tercinta ini sejak tahun 1908 masa Kebangkitan Nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan para pemuda pendahulu kita, mereka berjuang menjadi The Grand Old Man istilah bung karno, menjadi Stoot Geber, bahkanThe Founding Father. Pendiri peggerak yang mampu merebut kemerdekaan, jika tanpa pemuda mustahil Republik ini merdeka. Demikian pengakuan Bung Karno yang diabadikan dalam sejarah bangsa
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita, saya, saudara-saudara generasi muda saat ini dan generasi generasi yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut.   Sebab شبّان اليوم رجال الغد the young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin dimasa yang akan datang.
Hadirin sebangsa dan setanah air.
Dengan demikian mari kita bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dengan cara meningkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamiyah untuk mengantisipasi keharaman Napza, Miras dan Judi, Insya Allah negra kita menjadi Negara yang     baldatun Toyyibatun warabbun Gofur mari kita hadirin semuanya bersama-sama bekerja   sama baik aparatur pemerintah, masyarakat  pemuda dan kiat sebagai pelajar  untuk memberantas narkoba  di bumi Indonesia tercinta ini khususnya di Banten yang berlandasan Iman dan Taqwa, demikianlah yang dapat kami sampaikan Trimakasih atas segala perhatianya, mohon maaf atas segala kekurangan.
Akhir kalam. Billahitaufik walhidayah warridho walinayah.
Wassalamualaikum.wr.wb

REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA
Hadirin Rakhimakumullah….
Masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan para remaja merupakan salah satu penentu meju dan mundurnya suatu Negara. Sebab terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
أن فى يد الشبان أمر الأمة وفى أقدامها حيتها
“Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…..
Ayat tersebut diawali dengan kalimat  واليخش kita kaji lebih mendalam, secara semantik :
الواو واوالعاطفة والام لام الآمر يخش فعل المضارع مجزوم بلام
Istinbatnya, واليخش adalah sighat amr, kaedah mengatakan :
الأصل في الأمر للوجوب
“pada dasanya setiap perintah menunjukkan kewajiban” Oleh karena itu wajib bagi kita, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.
Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah bung Karno menjadi Stood Geeber bahkan menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan. Jika tanpa pemuda mustahil Indonesia ini merdeka. Demikian ungkapan kekaguman Bung Karno terhadap generasi muda kita yang diabadikan oleh sejarah perjuangan bangsa.
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penug terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini, sebab سبان اليوم رجال الغد The Young today is The leader tomorrowpemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Dengan demikian hadirin, islam tidak mengenal istilah pemuda pengangguran, pemuda mejeng, pemuda nangkring, tapi yang diinginkan oleh islam adalah pemuda-pemuda yang agresif, inopatif, progresif, dan produktif. Dengan demikian, dapat kita fahami apabila kita giat berkerja, rajin berusaha, dan gemar beramal artinya menuju masa depan yang cerah menjanjikan. Namun jika remaja dan pemuda malas berkerja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan. Sebab :
الكسل لا يطعم العسل
“Insan yang pemalas tidak akan merasakan manisnya madu”  melainkan akan tenggelam dalam pahitnya empedu.No again without a paint tiada kebahagiaan tanpa lemah derita, tiada perjuangan tanpa pengorbanan.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Hadirin Rakhimakumullah
Imam Ali as-Shabuni dalam kitab Sofwatut tafasir memberikan syarahan terhadap ayat tersebut dengan redaksi :
نحن نقص عليك يا محمد خبرهم العجيب على وجه الصدق بلا زيادة ولا نقصان
“yaitu kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, kerkerja dan berkerja. Jika sikap ini yang diaflikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan إعملوا ماشئتم berkerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang. Amin ya rabbal alamin…
MEREKONSTRUKSI MORAL BANGSA DENGAN MEMBERANTAS KORUPSI

Ada sebuah anekdot, tangis bayi  yang baru lahir di Indonesia lebih kencang dibanding bayi-bayi di Negara lain, karena begitu dia nongol dari perut ibunya langsung menanggung hutang minimal Rp. 8,3 juta. Mengapa bisa demikian? Bukankah Negara kita subur dan kaya dengan sumber daya alam ? Semua itu tak lain karena salah urus, semua kekayaan alam dikuras bukan untuk kemakmuran rakyat, tapi dikorupsi.
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia merupakan praktik yang sistemik dan ’membudaya’. Lihat saja, ketika ada urusan di kantor-kantor, kita akan dibuat jengkel dan kesal karena harus menunggu dan menunggu. Urusan akan lancar kalau kita mau ’nyelipkan amplop’ dari meja ke meja. Hal itu dianggap suatu kelaziman di lingkungan birokrasi kita. Dan anehnya masyarakat juga menerima. Bukan hanya di kantor, untuk meraih jabatan politik seperti  jadi DPR, DPRD, Kepala Daerah, selalu  diwarnai dengan money politik, meskipun sulit dibuktikan di pengadilan. Kitapun mendengar,  jutaan hektar hutan yang ditebang secara illegal, triliunan uang negara ditilep dalam BLBI, diperparah dengan kasus Century yang tak kunjung usai, pajak dirampas oleh Gayus-gayus, belum lagi anggaran negara di mark-up setiap tahun di berbagai instansi.
KKN menggerogoti kehidupan bangsa bagaikan kangker ganas, sulit untuk memberantasnya. Bagai lingkaran setan, tak jelas mana ujung pangkalnya. Aparat penegak keadilan : polisi, jaksa dan hakim, ternyata juga tak luput dari korupsi. Makanya sekarang ada KPK, tapi sanggupkah KPK menyikat koruptor-koruptor kelas kakap, yang di belakangnya ada super-super body yang back-up?
Persoalannya, bagaimana Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, kok bisa sampai demikian??? Atas dasar ini perkenankan kami menyampaikan Syarahan al-Qur’an dengan judul ” Merekonstruksi Budaya Korupsi”. Sebelum lebih jauh membahas judul ini marilah kita simak ayat al-Qur’an surah al-Anfal ayat 27 yang akan dilantunkan berikut ini.
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Hadirin-hadirat yang berbahagia
Mari kita perhatikan ayat di atas, bahwa kata takhunu diulang 2 kali. Pertama la takhunullah war-rasul dan kedua takhunu amanaatikum. Pengulangan ini bermakna at-tanbih, yakni pentingnya persoalan khiyanah terhadap amanah sama besarnya dengan khiyanah kepada Allah dan Rasul. Dan adanya larangan terhadap amanah dalam surah al-Anfal ini, menurut Syaikh Muhammad Thahir bin 'Asyur, mencakup persoalan penggelapan (korupsi, al-ghulul) dalam masalah rampasan perang (فتشمل الغــلول الذى حـاموا حـولـه فى قضــية الأنفــال   ).
Dalam ayat ini Allah SWT melarang kita mengkhiyanati amanah. Dan persoalan amanah merupakan persoalan besar, karena ketika seseorang diserahi kepercayaan jabatan dan kekuasaan memimpin suatu lembaga, atau diberi kekuasaan menduduki jabatan-jabatan publik, berarti di tangannyalah keberhasilan  urusan atau nasib orang banyak itu. Thahir Ibn 'Asyur dalam Tafsirnya at-Tahrir wat-Tanwir mengatakan :
وحسـبك من رفع شــأن الأمـانة أن كان صاحــبها حقـيقا بولاية أمر المســلمين لأن ولايـة أمر المســلمين أمـانة لهم
Dan jelaslah bahwa persoalan amanah merupakan persoalan besar, karena pengemban amanah berari ditangannyalah keberhasilan urusan umat.

Sebuah jabatan tidak bisa dilihat dari status dan fasilitasnya, tapi lihatlah dari kewajiban dan tanggung jawabnya.

Hadirin, hairat....
Kita tentu sangat prihatin, bahwa cita-cita masyarakat adil makmur masih jauh. Hingga kini Indonesia masih berada dalam lilitan masalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Salah satu pangkal persoalannya adalah karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang semakin merajalela. Menurut Lembaga Internasional Transparancy, sejak sepuluh tahun terakhir Indonesia menduduki rangking tiga teratas dalam korupsi, mengungguli negara-negara yang paling miskin seperti Ethiopia, Senegal dan Zambia. Menurut Sayed Husein Alatas dalam bukunya Corruption and the Destiny of Asia, bahwa kita sudah berada pada tahap ketiga, yaitu korupsi sudah dianggap praktik yang amat menarik sehingga merusak struktur dan nilai masyarakat. Pada tahap seperti itu, persoalannya adalah bagaimana memberantas KKN?
Ada 3 langkah strategis yang ingin kami tawarkan, yaitu :
Pertama, pemberantasan melalui prosedur hukum dan politik tetap harus terus ditegakkan. Aparat hukum harus berani menegakkan supremasi hukum.
Langkah kedua, adalah merekontruksi budaya di masyarakat. Yang pertama, kita harus mengubah budaya yang selama ini dengan mudah mentolerir dan memaafkan penyimpangan dan kejahatan, termasuk korupsi, kolusi dan nepotisme. Persoalan ini menyangkut cara pandang, perilaku masyarakat. Kritik yang pernah dilontarkan Mockhtar Lubis bahwa bangsa Indonesia bersikap feodal, hipokrit atau munafik serta suka menempuh jalan pintas untuk meraih sesuatu kini perlu kita renungkan. Juga pandangan Gunnard Myrdal bahwa kita adalah bangsa yang lunak, lembek atau soft state yang kurang disipilin, kurang peka terhadap penyimpangan dan lemah dalam menegakkan hukum patut kita camkan. Kini, untuk merubah budaya tersebut perlu dibangun pemahaman dan pengamalan agama yang benar dan substantif serta pelaksanaan ajaran amar ma'ruf nahi munkar secara konsekuen. Yang kedua, mengubah budaya konsumerisme yang melanda masyarakat kita. Bukankah korupsi berawal dari nafsu keserakahan manusia yang tak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Gaji dan tunjangan puluhan juta masih minta dilipatganda. Sudah punya rumah, ingin punya villa. Sudah punya mobil satu, minta tambah jadi dua. Sudah punya isteri satu?... itulah sifat manusia yang tak pernah puas dengan apa yang ada. Padahal Allah SWT telaqh mengajarkan kepada kita untuk hidup sederhana. Sebagaimana dalam QS.Al Isra 29-30,..
29. dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Untuk merekontruksi budaya itu diperlukan langkah ketiga, yaitu membenahi kepemimpinan. Konsep tentang kepemimpinan perlu ada definisi ulang.  Dalam Islam, istilah al-imamah, al-imarah atau khalifah, pada dasarnya adalah ta'diyatul-amanah ila ahliha atau menunaikan amanah kepada yang berhak. Pemimpin harus benar – benar menunaikan amanah yang diemban dan dipertanggung-jawabkan kepada rakyat sekaligus kepada Allah SWT. Karena itu, pemimpin harus berlaku adil dalam mengemban amanah, tidak boleh bersikap aji mumpung sebagai god father yang serba kebal hukum dan can do anything no wrong. Pemimpin seperti itu tak sesuai dengan al-Qur'an dan tak sejalan dengan alam demokrasi sekarang ini. Pemimpin hendaknya mencontoh Abu Bakar saat menerima bai'at sebagai khalifah : Jika kalian melihatku benar dukunglah aku, dan jika aku menyimpang dan salah, kritik dan luruskan aku.  
Perilaku pemimpin yang saling asah, asih dan asuh, yang benar-benar mengayomi, akan bisa menjadi contoh teladan bagi bawahan dan rakyat. Kita berharap bapak-bapak pemimpin bisa berlaku adil, disiplin, taat hukum, merakyat dan sederhana.

Hadirin-hadirat .........
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan :
Kondisi bangsa kita masih dililit berbagai persoalan besar yang salah satu penyebabnya adalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang masih terus merajalela.
Keberagamaan yang benar dan substantif, yang menerapkan amar ma’ruf nahi munkar dengan tegas, serta menanamkan pola hidup sederhana mempunyai peran strategis untuk membagun budaya baru yang bebas KKN.
Dengan menerapkan kepemimpinan sesuai dengan konsep al-Qur'an insya Allahakan mampu diwujudkan sistem sosial-budaya yang bebas KKN.
Demikian syarahan kami semoga bermanfaat,
Alhamdulillah Rabbil ‘alami ash-sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa ba’du
Jamaah shalat tarawih yang dirahmati Allah, shalat merupakan ibadah yang agung. Allah menjadikannya sebagai rukun Islam yang kedua setelah kalimat syahadat, kalimat yang memasukkan seseorang ke dalam Islam.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْـلاَمُ عَلَى خَمْسٍ، شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
“Islam dibangun atas lima (perkara): kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan.”
Namun hari ini shalat termasuk di antara ibadah yang diremehkan.
A. Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat
Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya shalat, maka dia kafir dan keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan shalat dengan tetap meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan shalat sebagai orang kafir, tanpa membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-malasan mengerjakannya.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ.
“Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”
Dari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَتُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
‘Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.’”
Namun pendapat yang kuat bahwa yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur kecil yang tidak mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi antara hadits-hadits tersebut dengan beberapa hadits lain, di antaranya:
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَـادِ، مَنْ أَتَى بِهِنَّ لَمْ يُضِيْعَ مِنْهُنَّ شَيْئًا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ كَـانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ.
‘Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-ngan Allah untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau jika Dia berkehendak, maka Dia mengampuninya.’”
Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat kekufuran dan kesyirikan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak mengerjakannya kepada kehendak Allah.
Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚوَمَنيُشْرِكْبِاللَّهِفَقَدِافْتَرَىٰإِثْمًاعَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya dihisab seperti halnya shalat tadi.’”
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam, hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang tua dan renta. Mereka berkata, ‘Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah dan kami pun mengucapkannya.’” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak bermanfaat untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan shadaqah?”
Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata, “Wahai Shilah, kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.”
B. Kepada Siapa Diwajibkan?
Shalat itu diwajibkan kepada setiap muslim yang telah baligh dan berakal
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَعْقِلَ.
“Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga orang: dari orang yang tidur hingga terbangun, dari anak-anak hingga baligh, dan dari orang gila hingga kembali sadar.”
Wajib atas orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat meskipun shalat tadi belum diwajibkan atasnya, agar ia terbiasa untuk mengerjakan shalat.
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَـاءُ سَبْعَ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرَ سِنِيْنَ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah ranjang mereka.” [10


Baca selengkapnya: http://khotbahjumat.com/kedudukan-shalat-dalam-islam/#ixzz2cdoMwoBF

Read more about Pondasi Agama by null

Mengukir Prestasi Dihadapan Ilahi
Oleh : Harun Abdul Aziz

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.

Jamaah fiddin rahimakumullah ...

Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain lafadz-lafadz pujian kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan kepada seluruh umat manusia dan makhluk-makhlukNya dengan nikmat yang tiada tara bandingnya. Dia lah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, menurunkan air dan menghidupkan dengannya bumi yang telah mati. Lautan samudra, jajaran gunung dan daratan terhampar luas untuk kemakmuran seluruh makhluk. Menumbuhkan tanaman dan biji-bijian dengan beraneka ragam. Dia lah yang mengatur pergantian siang dan malam, matahari dan bulan beredar dalam perhitungan yang cermat. Namun, fabiayyi ȃlȃi rabbikumaȃ tukadzdzibȃn? karunia Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Surah Al-rahman berkata. Begitu luas nikmat Allah bahkan tak dapat kita hitung akan tetapi mengapaa masih juga kita mendustakannya. Padahal apabila kita mensyukurinya Allah Swt akan membalasnya dan itu adalah sesuatu yang pasti. La in syakartum la azȋdannakum, wa la in kafartum inna ‘adzabȋ lasyadȋd , “Jika kamu bersyukur atas nikmat ku, pasti aku tambah untukmu, jika kamu berlaku ingkar sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”

Selanjutnya, dari atas mimbar Jum’ah ini, saya wasiatkan kepada diri saya berikut jama’ah sekalian, Marilah, dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu mening-katkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu memperhatikan syariat Allah, kita aplikasikan dalam setiap derap langkah hidup kita hingga akhir hayat. Baik berhubungan dengan hal-hal yang wajib, sunnah, haram, makruh, maupun yang mubah. Karena, dengan ukuran inilah prestasi seorang manusia dinilai dihadapan Allah. Suatu ketika Umar Ibnul Khaththab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang gambaran taqwa itu. Lalu ia menjawab dengan nada bertanya: “Bagaimana jika engkau melewati jalan yang penuh onak dan duri?” Jawab Umar. “Tentu aku bersiap-siap dan hati-hati” Itulah taqwa, kata Ubay bin Ka’ab
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah..
Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-hujurat [49] : 13, artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Disebutkan dalam ayat ini bahwa kedudukan manusia dihadapan Allah adalah sama, tidak ada perbedaan. Adapun yang membedakan di antara mereka adalah dalam urusan diin (agama), yaitu seberapa ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya. Inilah sebuah prestasi agung yang Allah berikan kepada manusia untuk bisa mencapai tingkat ketaqwaan yang paling tinggi.
Al-Hafifzh Ibnu Katsir menambahkan: “Mereka berbeda di sisi Allah adalah karena taqwanya, bukan karena jumlahnya”
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
لَيْسَ لأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ فَضْلٌ إِلاَّ بِالدِّيْنِ أَوْ عَمَلٍ صَالِحٍ. (رواه البيهقي).
“Tidaklah seseorang mempunyai keutamaan atas orang lain, kecuali karena diinnya atau amal shalih.”

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah ...

Kataqwaan inilah yang menjadi indikasi dan parameter prestasi seseorang dihadapan Allah Swt. Bagaimana manusia mampu berkarya, mampu bersaing dan berlomba-lomba dalam kebaikan serta taat menjalankan perintah Allah sekaligus menjauhi larangannya. Mereka berkarya dan berkompetisi di muka bumi yang memang Allah sediakan untuk mengukir prestasi didalamnya. Bahan dan alat untuk mendukung prestasi tersebut juga Allah sediakan dengan diciptakan alam ini agar bisa dikembangkan untuk kemaslahatan bersama.
Allah ciptakan manusia secara sosial juga untuk mengetahui seberapa jauh manusia dapat berinteraksi satu sama lain dan membangun kesatuan umat yang utuh. Allah memberikan ujian berupa kesulitan, kekurangan harta dan jiwa, kemiskinan, kelaparan juga untuk  menguji seberapa jauh tingkat prestasi yang ia miliki dengan mengukur ketabahan, keikhlasan dan keridhoan kepada Allah Swt.
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Q.S Al-baqarah [2] : 155
Semua Allah ciptakan dan mengaturnya sedetail mugkin untuk melihat manusia-manusia pilihan mana yang mampu lolos untuk mendapatkan prestasi disisi Allah Swt. Tinggal kita saja yang harus memilih, ingin berprestasi atau menjadi orang yang biasa-biasa saja. Lantas, Prestasi manakah yang akan kita ukir? Prestasi barrun, taqiyyun, karimun (baik, taqwa, mulia!) Ataukah prestasi fajirun, syaqiyun, Dzalilun (ahli maksiat, celaka, hina)? Itu semuanya bergantung pada diri kita masing-masing.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah Jum’ah rahimakumullah ..
•         Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja ..
•         Sudah berapa amal ketaatan yang telah kita kumpulkan sebagai investasi di sisi Allah ..
•         Sudah berapa pula, amal maksiat yang telah kita lakukan yang menyebabkan kita (nantinya) terseret kedalam Neraka ..
Untuk itu, marilah segera bertobat untuk menghapuskan segala kesalahan dan dosa kemudian segera kita “ukir” prestasi gemilang di sisi Allah dengan balasan yang begitu luar biasa di dalam surga-surga Allah Swt. Semoga kita termasuk orang-orang di dilamnya.
Renungkanlah syair seorang tabi’in Abdullah Ibnul Mubarak:
رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ الْقُلُوْبَ وَيُوْرِثُكَ الذُّلَ اِدْمَانُهَا، وَتَرْكُ الذُّنُوْبِ حَيَاةُ الْقُلُوْبِ وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا.
“Aku lihat perbuatan dosa itu mematikan hati, membiasakannya akan mendatangkan kehinaan. Sedang meninggalkan dosa itu menghidupkan hati, dan baik bagi diri(mu) bila meninggalkannya”
Tak seorang pun di antara kita yang bercita-cita untuk mendekam dalam penjara. Apalagi penjara Allah yang berupa siksa api Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan bebatuan. Tetapi semua itu terpulang kepada kita masing-masing. Kalau kita tidak mempedulikan syari’at Allah, tidak mustahil kita akan mendekam di dalamnya. Na’udzu billah. Itulah ujian Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasul SAW.
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ.
“(Jalan) menuju Jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan) Neraka itu dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat”
Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umatNya yang senantiasa haus akan ridho serta maghfirahnya dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Ma’asyiral muslimin,
Pada khutbah kedua ini saya mewasiatkan kembali kepada diri saya sendiri dan juga jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt sebagai suatu ketaatan kita kepada Sang Khaliq. Ketaqwaan inilah yang menjadikan kita unggul di hadapan Allah Swt, serta menjadikan manusia memiliki integritas yang tinggi sebagai seorang makhluk .
Bukanlah suatu kemaksiatan yang kita junjung dankita biasakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak tahu adzab apa yang Allah berikan kepada kita dan tentunya kita tidak ingin mendapat murka Allah Swt. Untuk itu, mari kita segera bertaubat untuk kemudian segera mengukir prestasi setinggi mungkin di hadapan Allah Swt.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَّبَّنَآإِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Senjata yang Paling Ampuh
Februari 1, 2008 pada 5:57 pm | Ditulis dalam Khutbah Tertulis | 6 Komentar

Khutbah yang pertama
oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah …
Sesungguhnya kehidupan manusia di dunia ini akan dipenuhi oleh berbagai cobaan dan rintangan. Maka tak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada Allah semata. Setiap urusan dan perkara bergantung kepada kehendak dan kekuaasan-Nya. Tak ada yang bisa memberi kemaslahatan dan menghindarkan dari bahaya kecuali hanya Dzat-Nya dan tak ada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu, bertawakal kepada Allah merupakan senjata ampuh bagi kaum mukminin dalam menghadapi berbagai tantangan hidup yang waktu demi waktu semakin tajam. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an:
وَعَلَىاللَّهِفَلْيَتَوَكَّلِالْمُؤْمِنُونَ
“ dan hanya kepada Allah, kaum mukminin bertawakal.” (Ali Imran: 122)
Ayat ini menunjukkan bahwa bagi kaum mukminin, tak ada yang bisa memberikan rasa aman, kemaslahatan, dan perlindungan dari berbagai marabahaya, kecuali hanya Allah semata. Allah ta’ala berfirman:
فَإِذَاعَزَمْتَفَتَوَكَّلْعَلَىاللَّهِ
“Kemudian jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (Ali Imran: 159)
Sesungguhnya setiap urusan yang akan diperbuat oleh setiap hamba sangat membutuhkan kepada pertolongan dan kemudahan dari Allah Ta’ala. Yang bisa mewujudkannya hanya Allah saja dan tidak yang selainnya. Maka bagi kaum mukminin, Allah Ta’ala merupakan tempat menggantungkan diri dalam menghadapi segala urusan yang mereka lakukan di dunia ini. Sehingga keinginan, harapan, dan tujuan mereka tercapai dan terpenuhi dengan seizin Allah.
Sebagai bentuk tawakal kepada Allah, hendaknya setiap perkara baik yang akan dilakukan oleh seorang mukmin, diawali dengan ucapan ’bismillah’ untuk memohon pertolangan dan kemudahan dari Allah. Inilah madzhab ahlus sunnah dalam memaknai ucapan ’bismillah’ dari seorang hamba yang tunduk kepada Dzat yang Maha kuasa.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْيَتَوَكَّلْعَلَىاللَّهِفَهُوَحَسْبُهُإِنَّاللَّهَبَالِغُأَمْرِهِقَدْجَعَلَاللَّهُلِكُلِّشَيْءٍقَدْرًا
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 3)
Maka seluruh perkara berada di tangan Allah yang memiliki seluruh alam ini. Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِغَيْبُالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضِوَإِلَيْهِيُرْجَعُالْأَمْرُكُلُّهُفَاعْبُدْهُوَتَوَكَّلْعَلَيْهِوَمَارَبُّكَبِغَافِلٍعَمَّاتَعْمَلُونَ
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi, kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan seluruhnya, maka sembahlah dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Robmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Hud: 123)
Khutbah yang kedua
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah …
Dalam sebuah hadits, dari sahabat Abu huroiroh radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُالْقَوِيّخَيْرٌوَأَحَبّإِلَىَاللّهِمِنَالْمُؤْمِنِالضّعِيفِ. وَفِيكُلٍّخَيْرٌ.
“Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada masing-masingnya ada kebaikan.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa kekuatan seorang hamba adalah pada keimanannya. Oleh sebab itu, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkaitkan keimanan dengan kekuatan seorang hamba. Maka jika keimanan seorang hamba bertambah kuat, niscaya dirinya akan semakin dicintai oleh Allah daripada seorang hamba yang lemah keimanannya.
Lalu darimanakah bermula kekuatan iman bagi seorang hamba? Kekuatan iman yang sangat besar akan lahir dari bertawakal kepada Allah. Sebagaimana yang diucapkan oleh sebagian salaf: “Barangsiapa yang ingin menjadi seorang hamba yang kuat (keimanannya), maka hendaklah dia bertawakal kepada Allah”. Ucapan ini mensiratkan bahwa tawakal kepada Allah mendatangkan kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat. Itulah sebabnya, keimanan seorang hamba akan menjadi kuat dengan bertawakal kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.
Tawakal di dalam Islam memiliki kedudukan yang cukup tinggi. Ibnu Qayyim rohimahulah berkata dalam kitabnya ”Madarijus Salikin”: “Bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan setengah dari agama”. Ini menunjukkan bahwa bertawakal kepada Allah memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam.
Apakah yang dimaksud dengan bertawakal kepada Allah? Bertawakal kepada Allah yaitu seorang hamba benar-benar menyandarkan dan mempasrahkan dirinya kepada Allah di dalam menggapai berbagai kemaslahatan atau menolak berbagai marabahaya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Maka inilah yang disebut dengan bertawakal kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah, seorang hamba akan memiliki kekuatan iman dalam meraih seluruh yang dinginkannya dari segala kebaikan dunia maupun akherat.
Allah ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوااللَّهَوَعَلَىاللَّهِفَلْيَتَوَكَّلِالْمُؤْمِنُونَ
“Dan bertakwalah kalian kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal.” (Al-Maidah: 11)
Bagi seorang yang tidak bertawakal kepada Allah, maka cobaan yang kecil sekalipun akan mampu menggoncangkan keimanannya. Perkara yang sedikit sekalipun akan bisa memalingkannya dari menghadap Allah ta’ala. Semua itu karena dia telah kehilangan tawakal kepada Allah secara keseluruhan atau sebagiannya.
Pernyataan Allah pada ayat diatas: “Dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”, ini menunjukkan bahwa seorang yang lemah keimanannya akan berkurang tawakalnya dan seorang yang lemah tawakalnya akan berkurang keimanannya. Maka tidak ada keimanan bagi seorang yang sama sekali tidak bertawakal kepada Allah.
Wallahua’lam bi shawab.
Wasiat Fundamental Yang Terabaikan
Maret 28, 2008 pada 9:55 pm | Ditulis dalam Manhaj | 18 Komentar

Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani
Sesungguhnya termasuk perkara penting yang harus selalu kita ingat adalah wasiat-wasiat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantaranya yaitu wasiat perpisahan yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan kepada para sahabat –semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya-. Dikisahkan oleh ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ’anhu sebagai berikut:
صَلَّىبِنَارَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَذَاتَيَوْمٍثُمَّأَقْبَلَعَلَيْنَافَوَعَظَنَامَوْعِظَةًبَلِيغَةًذَرَفَتْمِنْهَاالْعُيُونُوَوَجِلَتْمِنْهَاالْقُلُوبُ،فَقَالَقَائِلٌ: يَارَسُولَاللَّهِكَأَنَّهَذِهِمَوْعِظَةُمُوَدِّعٍفَمَاذَاتَعْهَدُإِلَيْنَا؟فَقَالَ: ((أُوصِيكُمْبِتَقْوَىاللَّهِوَالسَّمْعِوَالطَّاعَةِوَإِنْعَبْدًاحَبَشِيًّافَإِنَّهُمَنْيَعِشْمِنْكُمْبَعْدِيفَسَيَرَىاخْتِلَافًاكَثِيرًافَعَلَيْكُمْبِسُنَّتِيوَسُنَّةِالْخُلَفَاءِالْمَهْدِيِّينَالرَّاشِدِينَتَمَسَّكُوابِهَاوَعَضُّواعَلَيْهَابِالنَّوَاجِذِوَإِيَّاكُمْوَمُحْدَثَاتِالْأُمُورِفَإِنَّكُلَّمُحْدَثَةٍبِدْعَةٌوَكُلَّبِدْعَةٍضَلَالَةٌ))
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sholat bersama kami, kemudian beliau memberi kami sebuah peringatan yang sangat baik. Oleh karenanya, mata-mata kami berlinang dan hati-hati kami bergetar. Maka seorang berkata: “wahai Rosulullah! Seolah-olah ini adalah peringatan orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau pesankan kepada kami?”. Beliau pun bersabda: “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar, dan taat (kepada penguasa kalian) walaupun dia seorang budak Habsyi. Sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup dari kalian setelahku niscaya dia akan melihat perselisihan yang cukup banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafa` Ar-Rosyidin Al- Mahdiyyin (para khalifah yang terbimbing lagi mendapat petunjuk). Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah atasnya dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru dalam agama. Karena sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, dan dihasankan oleh Syaikh kami Muqbil bin Hadi Al Wadi’i rohimahullah dalam kitabnya ”Al Jami’us Shohih mimma laisa fis Shohihain” 1/198-199 Cet. Daarul Atsaar Yaman)
Hadits ini merupakan wasiat yang sangat agung, di dalamnya terkandung beberapa pelajaran penting yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita tunaikan sepeninggalnya. Dengan mengamalkannya, kita tidak akan terombang-ambing dalam mengarungi ombak dan badai kehidupan dunia ini, sebelum kita menyusul beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ke alam barzakh dan akherat nanti.
Pada hadits yang mulia ini, beliau mewasiatkan tiga perkara kepada kita: yang pertama untuk setiap pribadi yang muslim, yang kedua terhadap pemerintah kaum muslimin, dan yang ketiga mengenai pengamalan agama secara benar. Adapun yang berkenaan dengan setiap pribadi yang muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah azza wa jalla.” Wasiat beliau untuk bertakwa kepada Allah merupakan wasiat yang sangat agung. Wasiat ini adalah ajaran yang menuntun kita untuk membentengi diri dengan keimanan yang kuat kepada Allah Ta’ala. Seorang yang bertakwa kepada Allah niscaya akan berhasil membina dirinya. Dengan bertakwa, berarti dia berhasil pula meraih keutamaan serta ganjaran yang cukup besar disisi Allah Ta’ala. Kebaikan dunia dan akhirat terdapat dalam bertakwa kepada Allah. Sekian banyak janji Allah dalam Al-Qur’an hanya dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa. Di antaranya, Allah berfirman:
وَمَنْيَتَّقِاللَّهَيَجْعَلْلَهُمَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُمِنْحَيْثُلَايَحْتَسِبُوَمَنْيَتَوَكَّلْعَلَىاللَّهِفَهُوَحَسْبُهُإِنَّاللَّهَبَالِغُأَمْرِهِقَدْجَعَلَاللَّهُلِكُلِّشَيْءٍقَدْرًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan untuknya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 2-3)
Inilah beberapa keutamaan bertakwa kepada Allah yang akan diraih dalam menapaki kehidupan dunia ini. Allah akan membentangkan jalan keluar dari segala problema hidup yang membelitnya, Allah akan melimpahkan rezeki kepadanya dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan Allah akan mencukupkan kebutuhannya bila takwa disertai dengan penyandaran diri kepada-Nya. Demikianlah janji Allah kepada orang-orang yang bertakwa. Maka barangsiapa yang ingin meraih keberuntungan ini, hendaklah dia bertakwa kepada Allah. Adapun keutamaan bertakwa kepada Allah yang akan digapai dalam kehidupan kampung akherat yaitu memuaskan diri dengan mereguk berbagai kenikmatan surga yang tiada banding. Allah berfirman (yang artinya): 
”Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rob kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Ali Imron: 133)
”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka inginkan. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah kalian dengan enak karena amal yang telah kalian kerjakan”. (Al Mursalaat: 41-43)
”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan. (Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya. Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. Sebagai pembalasan dari Robmu dan pemberian yang cukup banyak”. (An Naba`: 31-36)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat senada yang berbicara tentang pahala dan ganjaran bagi orang-orang yang bertakwa di kampung akherat nanti.
Bertakwa kepada Allah artinya melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Nya. Bertakwa adalah kalimat yang singkat tetapi pengamalannya merupakan perkara yang cukup berat. Kebanyakan manusia terombang-ambing dalam bertakwa kepada Allah diantara dua kondisi. Sebagian dari mereka tidak menunaikannya sesuai dengan yang dikehendaki dan diridhoi oleh Allah. Sedangkan sebagian yang lain berlebihan ketika mengamalkannya sehingga melampaui batas dalam beragama. Namun yang berbahagia dan beruntung adalah orang-orang yang menunaikan dan mengamalkannya sesuai dengan keridhoan Allah Ta’ala dan tidak melampui batas agama. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُوااتَّقُوااللَّهَحَقَّتُقَاتِهِوَلَاتَمُوتُنَّإِلَّاوَأَنْتُمْمُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian meninggal dunia melainkan sebagai orang-orang yang beragama islam.” (Ali ‘Imran: 102)
Wasiat beliau yang kedua yaitu menyangkut hubungan dengan pemerintah kaum muslimin, hubungan dalam bernegara dan bermasyarakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan (yang artinya): “Aku wasiatkan kepada kalian untuk mendengar dan taat walaupun yang berkuasa atas kalian adalah seorang budak Habasyi.” Ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menunjukkan betapa penting mendengar dan taat kepada pemerintah yang muslim. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْأَطَاعَنِيفَقَدْأَطَاعَاللهُ،وَمَنْعَصَانِيفَقَدْعَصَىاللهَ،وَمَنْيُطِعِاْلأَمِيْرَفَقَدْأَطَاعَنِي،وَمَنْيَعْصِاْلأَمِيْرَفَقَدْعَصَانِي
“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti dia telah taat kepada Allah. Barangsiapa yang bermaksiat kepadaku berarti dia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada penguasanya berarti dia telah taat kepadaku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada penguasanya berarti dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu hurairah radhiyallahu ’anhu)
Maka mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin merupakan perkara yang diperintahkan oleh Islam. Tentu saja mendengar dan taat yang diperintahkan oleh islam itu dalam batas norma-norma kebaikan. Semuanya harus berpijak kepada ajaran Al Quran dan As-Sunnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَاالطَّاعَةُفِيالْمَعْرُوْفِ
“sunguh ketaatan itu hanya dalam perkara yang baik.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)
Adapun untuk yang selain kebaikan, kita tidak diperintahkan untuk mendengar dan taat kepada pemerintah. Namun bukan berarti bahwa kita diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan yang menjatuhkan kewibawaan pemerintah tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
السُّلْطُانُظِلُّاللهِفِياْلأَرْضِفََمَنْأَهَانَهُأَهَانَهُاللهُمَنْأَكْرَمَهُأَكْرَمَاللهُ
“Penguasa itu adalah naungan Allah diatas muka bumi, maka barangsiapa yang memuliakannya niscaya dia akan dimuliakan oleh Allah. Dan barangsiapa yang menghinakannya niscaya dia akan dihinakan oleh Allah.” (HR. Ibnu Abi ’Ashim dan yang selainnya, dari sahabat Abu Bakroh radhiyallahu ’anhu, dihasankan oleh Syaikh Al Albani rohimahullah)
Selanjutnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak Habasyi”. Ini bukan berarti bahwa kita disyariatkan untuk mengangkat penguasa dari seorang budak habsyi. Sebab kekuasaan itu pada hakekatnya hendaklah diserahkan kepada seorang yang bersuku Quraisy. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اْلأَئِمَّةُمِنْقُرَيْشَ
“Para pemimpin (kaum muslimin) itu adalah dari suku Quraisy”. (HR. Ahmad, At-Thabrani, Al Baihaqi, At-Thayalisi, Ibnu Abi ‘Ashim, dan yang lainnya, dari beberapa orang sahabat nabi, diantaranya: Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib, Abu Barzah Al-Aslami, dan yang lainnya. Hadist ini dishahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Al-Irwa` no (250) )
Sedangkan dalam hadits yang lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya ingin memberikan permisalan. Yang beliau lakukan ini dalam rangka mempertegas perintahnya untuk mendengar dan taat kepada pemerintah kita dalam segala kondisi, baik sewaktu sulit atau mudah, suka atau murka, bahkan walaupun mendzolimi kita, selama tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengambil ba’iat dari para sahabatnya –semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya- agar tetap mendengar dan taat kepada penguasa mereka. Sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian sahabat:
“Baik dalam keadaan kami suka maupun tidak suka”. (HR.Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Ubadah bin As-Shamit radhiyallahu ’anhu)
Adapun wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketiga yaitu mengenai pengamalan agama secara benar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang masih hidup dari kalian setelahku niscaya dia akan melihat perselisihan yang cukup banyak”.
Yakni perselisihan dalam masalah agama. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“ Wajib atas kalian untuk berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafa` Ar-Rosyidin Al- Mahdiyyin (para khalifah yang terbimbing lagi mendapat petunjuk)”.
Yakni berpegang kepada ajaran agama yang telah diwariskan oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya, secara lebih khusus para Khulafa` Ar-Rosyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) –semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya-. Perintah beliau ini membimbing kita untuk memahami agama sesuai dengan Sunnahnya dan pemahaman para sahabatnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Berpegang teguhlah kalian dengannya dan gigitlah atasnya dengan gigi-gigi geraham kalian”.
Pernyataan ini merupakan penekanan yang extra dalam memegang sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sekuat-kuatnya, sampai diibaratkan seperti menggigitnya dengan gigi-gigi geraham. Seorang yang menggigit dengan gigi-gigi gerahamnya terbukti lebih kuat daripada yang menggigit dengan gigi-giginya yang lain. Bahkan gigitannya tidak akan mampu dilepaskan walaupun dengan tarikan yang menghentak kecuali jika gigi-gigi geraham itu telah tercabut dari akarnya.
Maksud dari semua ini yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita agar memegang teguh sunnahnya dengan sekuat tenaga dan kemampuan. Sebab di masa belakangan sepeninggal beliau nanti, akan terjadi perkara-perkara baru dalam agama yang memancing kita untuk mengikuti angkara murka hawa nafsu kita. Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“ Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru dalam agama. Karena sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat”.
Wallahu a’lam bish shawab ***
Perselisihan di akhir zaman dan solusi menurut sunnah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, ومِن َسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أصدق الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Sidang Jumaat yang dirahmati dan dikasihi Allah Subhanahu wa Ta’ala sekalian,
Sesungguhnya Nabi SAW bersabda di dalam banyak hadis, antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di mana sahabat Nabi RA menceritakan pada satu ketika di subuh hari, Nabi SAW memberikan beberapa kalimah dan ungkapan nasihat sehingga menurut mereka, “begenang air mata kami, bergementar hati-hati kami seolah-olah ungkapan dan perkataan Nabi SAW itu adalah ungkapan yang terakhir bagi baginda SAW”. Para sahabat RA lalu meminta daripada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, berilah wasiat kepada kami.”
Maka Nabi SAW pun bersabda,
 “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan mentaati pemimpin, sekalipun yang menjadi pemimpin itu adalah hamba ‘abdi Habsyi (yang berkulit hitam. Sesungguhnya, sesiapa yang masih hidup di antara kalian selepasku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaa Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru (dalam agama), kerana sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu adalah sesat.’”
Ini merupakan wasiat Nabi SAW, wasiat agar bertakwa kepada Allah dan memberi ketaatan kepada pemimpin Islam yang sah. Pada masa yang sama, ini juga mukjizat Nabi SAW apabila baginda menyatakan bahawa akan berlaku perselisihan dan perpecahan yang banyak, dan itu adalah realitinya pada hari ini.
Khutbah pada hari ini –insyaAllah- akan berbicara tentang perselisihan, perpecahan, dan bagaimanakah kaedah solusi yang ditunjukkan oleh Nabi SAW bagi menyelesaikan perselisihan dan perpecahan yang berlaku.
Sidang Jumaat yang dikasihi dan dirahmati Allah sekalian,
Perselisihan dan perpecahan merupakan sunnatullah. Ini merupakan ujian dan ketentuan Allah SWT sejak zaman berzaman. Allah SWT menguji manusia dengan perpecahan. Sabda Nabi SAW di dalam satu hadis yang sahih,
 “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.” Beliau ditanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.” (riwayat at-Tirmidzi dalam Sunan-nya “Kitabul Iman Bab Iftiraqul Hadzihil Ummah”, dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-‘Ash)
Di dalam riwayat lain pula disebutkan ketika para sahabat bertanya kepada baginda tentang golongan yang satu ini, baginda menjawab,
 “Mereka adalah orang yang berada di atas (jalan) seperti apa yang aku dan sahabat-sahabatku berada di atasnya pada hari ini.” (riwayat Ahmad dan lainnya)
Keturunan dan bangsa bukan penentu kemuliaan
Maka perpecahan adalah satu ketetapan dan ujian kepada manusia. Antara ujian Allah SWT yang membawa kepada perselisihan dan perpecahan manusia yang tidak kunjung sudah adalah Allah SWT menetapkan bahawa manusia itu bersuku, berpuak, dan berbangsa.
Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT di dalam surah Al-Hujurat ayat 13,
 “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (surah Al-Hujurat, 49: 13)
Allah menguji manusia dengan kepuakan, perbezaan suku, bangsa dan kaum. Ada di kalangan manusia pada hari ini yang berjaya mengatasi ujian ini dan ada di kalangan mereka yang terperangkap dalam ujian puak, kaum dan bangsa ini.
Sesungguhnya Allah SWT mengutuskan Muhammad SAW untuk membawa agama Islam, sebagaimana firman-Nya,
 “Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar, bertujuan untuk memenangkan agama tersebut atas semua agama yang lain, walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (ash-Shaff: 9)
Walaupun Nabi SAW daripada keturunan yang mulia, iaitu berketurunan Quraisy dari Bani Tamim, keturunan Nabi Ibrahim a.s, tetapi keturunan Nabi SAW tidak menjadi penentu kepada kemuliaan mereka. Sebaliknya yang memuliakan baginda SAW adalah Islam yakni agama yang Allah SWT angkat martabat dan kedudukan mereka yang berpegang dengan akidah yang mulia ini.
Sebagaimana kata Umar Al-Khatthab RA apabila mereka bersama-sama di dalam satu delegasi perang dan membuat lawatan ke Syam, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya dan tentera-tenteranya,
 “Sesungguhnya kami adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam dan kami tidak memerlukan kemulian selain daripadanya (Islam).”
Umar dan Abu Bakar berketurunan Quraisy, dan para sahabat Nabi berketurunan yang pelbagai; Aus dan Khazraj, Bani Tamim, Ghifar dan sebagainya, akhirnya keturunan-keturunan ini walaupun mereka dimuliakan di dalam bangsa dan kaum mereka, tetapi yang lebih memuliakan mereka adalah Islam itu sendiri.
Sidang Jumaat yang dikasihi dan dirahmati Allah sekalian,
Allah SWT memerintahkan agar kita bersatu dan berpadu atas asas akidah Islam. Kemuliaan dan kepentingan bangsa, puak dan kaum menyusul setelah kepentingan Islam itu didahulukan. Bukan agama mengenepikan bangsa, bukan agama menolak sifat perkauman, tidak. Agama tidak menolak. Agama memberikan hak kepada setiap kaum, puak dan bangsa, tetapi agama meletakkan akidah Islam itu yang didahulukan melebihi kepentingan kaum. Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang sahih,
 “Pelajarilah nasab-nasab kalian yang dengannya kalian menyambung hubungan rahim kalian kerana silaturahim itu menumbuhkan kecintaan kepada keluarga, memperbanyak harta, dan menangguhkan ajal.” (riwayat Ahmad 17/42, At-Tirmidzi no. 1979, dan selainnya, dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 276)
Ini kelebihan mengenal bangsa. Ini kelebihan dan kedudukan bangsa di dalam agama Islam. Agama Islam tidak pernah menolak kebangsaan, perkauman atau kepuakan. Hanya saja agama menolak ashabiyah yakni kepuakan melampau (fanatik) sehingga mengambil hak-hak orang lain, atau mendahulukan kepuakan itu melebihi kepentingan agama.
Di dalam satu kisah ketika Nabi SAW berhadapan dengan pergaduhan dan perselisihan di antara dua orang lelaki; seorang daripada Anshar manakala seorang lagi daripada Muhajirin,
Diriwayatkan oleh Bukhari dari hadis Jabir bin Abdullah RA berkata, “Kami berada pada suatu peperangan, maka seorang laki-laki Muhajirin memukul punggung seorang laki-laki Anshar, kemudian berkata orang Anshar tersebut (memanggil kaumnya), ‘wahai kaum Anshar!’, dan berkata pula muhajirin tersebut, ‘wahai kaum Muhajirin!’, maka Rasulullah SAW mendengar hal tersebut dan bersabda, ‘Apa ini seruan jahiliyyah?’. Mereka berkata, ‘ laki-laki dari Muhajirin memukul seorang Anshar’. Baginda bersabda, ‘ Tinggalkanlah kerana itu perbuatan busuk.” (riwayat Bukhari dan Muslim)
Nabi mencerca tindakan mereka kerana ia akan menghasilkan pergaduhan sesama kaum, kepuakan, ketaksuban tanpa menimbangtara antara kebenaran dan kebatilan.
Islam agama yang adil dan memerintah dengan adil. Islam turut menyeru umatnya untuk bersikap adil, iaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dengan keadilan ini, Islam mampu menyatupadukan manusia. Dengan keadilan ini, Islam melahirkan generasi yang gagah perkasa dan mulia seperti generasi para sahabat RA.
Mana mungkin kita temui orang seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq di zaman ini. Mana mungkin kita temui orang seperti Umar, Utsman, Ali, Muawiyah, isteri-isteri Nabi ummahatul mukminin. Generasi yang mulia dan dimuliakan kerana agama, bukan kerana bangsanya.
Kita perlu bermuhasabah atas apa yang berlaku pada hari ini. Kepuakan bukan sahaja bersifat bangsa, tetapi ia juga bersifat parti politik yang didahului lebih daripada kepentingan agama. Manusia apabila bercakap tentang kepentingan dunia, apabila bercakap tentang kedudukan pangkat dan kuasa, agama diketepikan dan diletakkan jauh daripada kehidupan dan matlamat mereka. Sedangkan tujuan umat Islam diciptakan oleh Allah SWT telah dijelaskan di dalam Al-Quran,
 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Walau kita berbeza warna kulit, walau kita berbeza bangsa, kepuakan, perkauman, kepartian dan sebagainya, akan tetapi sebenarnya Allah SWT menyatukan kita semua pada hari ini di dalam shaf-shaf dan seterusnya kita akan menunaikan shalat di atas satu akidah, di atas satu takbir, dan di atas satu salam; perkataan, ungkapan dan bacaan yang sama. Sedar atau tidak, Allah SWT menyatukan hati-hati kita tanpa kita melihat kiri dan kanan, siapakah di sebelah kita, apa warna kulit mereka, apa bangsa dan keturunan mereka. Kita berdiri di shaf yang satu, inilah perpaduan yang terbina di atas asas Islam. Sabda Nabi SAW di dalam hadis Anas bin Malik RA,
 “Hendaklah kalian bersungguh-sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah sungguh-sungguh akan memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian.” (riwayat al-Bukhari no. 717 dan Muslim no. 436)
Sidang Jumaat yang dikasihi dan dirahmati Allah SWT sekalian,
Allah SWT berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (akidah Islam), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (surah Ali Imran, 3: 103)
Ayat ini turun ketika berlaku perselisihan dan pertengkaran di kalangan para sahabat RA. Allah mengingatkan bahawa perpaduan dan ikatan kalian bukan di atas asas kepartian, politik atau perkauman, sebaliknya yang mengikat hati-hati kalian adalah agama yakni akidah kalian.
Ini yang terpenting yang perlu kita semua fahami sebagai umat Islam, hamba kepada Allah SWT dan umat kepada Rasul SAW.
Solusi pertama
Sidang Jumaat yang dikasihi dan dirahmati oleh Allah SWT,
Pada hari ini kita mula melihat perselisihan dan perpecahan berlaku, sama ada seperti yang disebut tadi iaitu dari sudut kepuakan, bahkan yang lebih penting di saat ini adalah semata-mata kerana kerana kepartian. Nabi SAW telah memberikan solusinya di dalam hadis yang saya bacakan di awal tadi, “Hendaklah kamu berpegang teguhlah dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaa Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian.’”
Ini solusi ataupun penyelesaian yang pertama, iaitu melazimi sunnah Nabi dan sunnah para sahabat. Apabila berselisih, berbeza pendapat dan pandangan, adakah emosi dan semangat mendahului agama? Adakah emosi dan semangat mendahului kepentingan perpaduan? Tidak. Islam mengajar kita kembali kepada petunjuk Nabi SAW. Allah SWT menyatakan di dalam Al-Quran,
 “Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhirat.” (surah An Nisa, 4: 59)
Ini solusi pertama di dalam apa jua permasalahan dan perbezaan pendapat di dalam hal-hal keagamaan; ibadah, akidah, akhlak. Kembalilah kita kepada petunjuk Nabi SAW dan juga petunjuk para sahabat RA. Para sahabat RA adalah hasil didikan Nabi SAW dan hasil didikan Allah SWT. Kebaikan mereka dinyatakan oleh Allah, manakala kesilapan dan kesalahan mereka ditegur melalui wahyu yang Allah turunkan untuk membetulkan mereka.
Adapun kita pada hari ini, siapa yang menegur dan memperbetulkan kita sekiranya kita tidak mengembalikan diri kita dan permasalahan kita kepada nash-nash wahyu; Al-Quran, as-sunnah serta petunjuk para sahabat RA.
Solusi kedua
Sambung Nabi SAW lagi di dalam hadis yang sama,
 “Dan hendaklah kamu menjauhkan diri dari setiap perkara yang baru (dalam agama), kerana sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu adalah sesat.”
Di dalam riwayat lain ditambah, “Dan setiap kesesatan itu tempatnya di dalam neraka.”
Ini adalah pesanan Nabi SAW. Usah melihat bid’ah itu di dalam cakupan yang sempit. Usah melihat bid’ah itu di dalam hal-hal yang berkaitan isu-isu khilafiyah semata-mata. Bid’ah itu luas sebenarnya.
Sekarang ini kita berhadapan dengan bid’ah pada akidah yang membawa kepada perpecahan umat Islam; contohnya bid’ah liberalisme, pluralisme yang membawa kepada kebebasan dan kesamarataan dalam beragama. Kita sebagai umat Islam wajib menyatakan,
 “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (surah Ali ‘Imran, 3: 19)
Hanyalah Islam yang wajib diiktiraf. Adapun agama-agama lain selain daripada Islam, mereka berhak untuk beragama dan mendirikan pusat-pusat ibadat mereka, akan tetapi kita sebagai umat Islam tidak wajar memberikan pengiktirafan kepada agama mereka seperti mana mereka juga tetap menyatakan agama mereka adalah agama yang terbaik. Itu adalah hak mereka dan kita tidak berhak untuk memaksa mereka di atas prinsip,
 “Tidak ada paksaan dalam beragama.” (surah Al-Baqarah, 2: 256)
Ayat ini diturunkan khusus untuk selain orang Islam. Adapun bagi orang Islam, agamanya hanyalah Islam. Firman Allah SWT di dalam Al-Quran, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (surah Ali Imran, 3: 85)
Sidang Jumaat yang dirahmati dan dikasihi Allah sekalian,
Faedah khutbah kita pada hari ini yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan;
Sesungguhnya perselisihan itu adalah sunnatullah, ujian daripada Allah SWT.
Antara ujian perselisihan dan perpecahan adalah kepuakan, perkauman, kepartian, politik dan sebagainya.
Sikap kita apabila berhadapan dengan perselisihan ini; Pertama, kembali kepada Allah dan Rasul (Al-Quran dan As-Sunnah) dan petunjuk para sahabat RA. Kedua,meninggalkan bid’ah yakni perkara-perkara baru di dalam agama. Setiap perkara baru di dalam agama dijelaskan oleh Nabi sebagai agenda yang sesat iaitu menyelisihi prinsip dan nilai agama.
Sama-samalah kita bermuhasabah dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sama-samalah kita melakukan perubahan, transformasi, dan tajdid di dalam negara kita. Sabda Nabi SAW,
 “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada. Dan susulilah perkara buruk dengan kebaikan, nescaya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (riwayat Ahmad 5/135, 158, 177, At-Tirmidzi no. 1987, dan selain keduanya. Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 97 dan di kitab lainnya)
والله أعلم
***
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
أما بعد
فيا عباد الله اتق الله وحافظوا على الطاعات وحضور الجمع والجماعات
قال الله عز وجل في كتابه العزيز،
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ , فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
واعلموا أن الله عز وجل قد صلى على رسولنا صلى الله عليه وسلم كما أمرنا به في القرآن الكريم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat itu berselawat ke atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu ke atas Nabi.”